Teknik Pertanian dalam First Faculty Forum di Manila

Pada tanggal 23 – 24 Juli 2019, UGM yang diwakili oleh dosen agro-komplek berpartisipasi dalam First Faculty Forum di SEARCA Umali Auditorium, University of the Philippines Los Banos (UPLB). Perwakilan dari Fakultas Teknologi Pertanian adalah Dr. Ngadisih, STP., M.S.c, Fakultas Kehutanan diwakili oleh M. Crisna Satriagasa, S.Si., M.Sc dan Heni Puji Astuti, S.Hut., Fakultas Pertanian diwakili oleh Dr. Lestari Rahayu Waluyati, dan Fakultas Peternakan diwakili oleh Dr. Bambang Suwignyo. Direktur Pusat Inovasi Pembeljaran (PIKA) UGM, Dr. Hatma Suryatmojo, M.Si mewakili agro-komplek UGM dalam sesi Roundtable Discussion and Open Forum, memaparkan partisipasi UGM dalam Southeast Asian University Consortium for Graduate Education in Agriculture and Natural Resources. Penyelenggara kegiatan adalah UPLB dan Southeast Asian Regional Center for Graduate Study and Research in Agriculture (SEARCA). Adapun tema kegiatan adalah The University Consortium (UC): Responding of the Challenges of the Fourth Industrial Revolution. First Faculty Forum 2019 dihadiri oleh anggota UC antara lain UGM, IPB, UNIBRAW, UPM, Kasetsart University, UPLB, Tokyo University of Agriculture dan National Taiwan University.

Roundtable pemaparan program anggota University Consorsiun

Dr. Ngadisih, STP., M.Sc mempresentasikan Research-based Community Development Program yang berjudul “The Importance of Livestock and Its Waste Management for Model of Soil and Water Conservation”. Tanah dan air adalah sumberdaya penting dalam kegiatan produksi pangan (pertanian). Tanaman bisa saja dibudidayakan pada media air, namun mahal dan dilakukan pada skala kecil. Hingga revolusi industry 4.0, produksi pangan masih menghandalkan pada sumberdaya tanah. Tekanan manusia terhadap sumberdaya tanah dan air semakin meningkat seiring dengan pertambahan populasi. Intensifikasi dan ektensifikasi pertanian berdampak pada kerusakan sumberdaya tanah dan air, terlihat dari peningkatan laju erosi, frekuensi longsor, banjir, dan kekeringan. Masyarakat memahami pentingnya konservasi tanah dan air, tetapi tidak melakukan aksi penyelamatan sumberdaya tanah dalam kegiatan pertanian. Karena konservasi tanah dan air akan menambah biaya produksi pertanian, menjadi beban bagi pelaku pertanian, tetapi hasilnya dinikmati oleh masyarakat lainnya khususnya di daerah hilir/perkotaan. Oleh karena itu, perlu dibangun sistem ekonomi dalam konservasi tanah dan air, salah satunya dengan Low External Input for Sustainability Agriculture (LEISA).

Peserta First Faculty Forum

Agroforestry telah terbukti memiliki nilai positif dalam segi lingkungan. Struktur tajuk dan akar tanaman telah terbukti mampu mengurangi laju erosi dan menstabilkan lereng dari longsoran. Petani termotivasi melakukan agroforestry dan peternakan karena dapat mengurangi biaya produksi pertanian. Agroforestri mensuplai pakan untuk peternakan dan mendapatkan pupuk dari kegiatan peternakan. Limbah peternakan diolah dengan biodigester, menghasilkan biogas untuk memenuhi kebutuhan energi memasak rumah tangga. Sanitasi sekitar kandang menjadi lebih sehat dan kebutuhan pupuk untuk pertanian terpenuhi. Inilah sistem ekonomi dalam konservasi tanah dan air yang dipromosikan oleh Dr. Ngadisih. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem FTP UGM sedang membangun sistem ini Daerah Aliran Sungai (DAS) Merawu (Desa Leksana, Kecamatan Karangkobar, Banjarnegara) dan Oyo (Desa Selopamioro, Kecamatan Imogiri, DIY).

 

Kontributor: Ngadisih

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.